Thursday, May 21, 2015

Filosofi Secangkir Teh

teh, buku

Secangkir teh hangat tanpa gula yang begitu akrab dengan pagi gw, ternyata bisa dipakai untuk menelanjangi seseorang dalam tanda kutip.  Dalam secangkir teh pahit, terkandung sejumlah filosofi yang sering luput dari perhatian penikmatnya;
  • TEH : isyaratkan kemurnian, alami, dan sebuah konsep hidup yang sangat jauh dari kamuflase.
  • Rasa PAHIT : prototehnik hidup, ketika jiwa yang tak lagi suci terlempar dari singgasana surgawi menuju area perjuangan. ya ya….. hidup itu memang sebuah perjuangan blogger.
  • dinikmati ketika HANGAT : sebuah cara dalam menikmati  perjuangan. tidak panas, tidak pula dingin,  isyarat keseimbangan rasa. tidak perlu terlalu dalam, ketika mencandra sebuah rasa. mencoba menikmati proses hidup.
  • diminum ketika PAGI hari : mayoritas manusia mampu menikmati aura pagi, aura penuh kesejukan, ketenangan, dan kenyamanan. lagi-lagi sebuah cara menikmati hidup.
  • Disajikan dengan CANGKIR : merupakan miniatur deskripsi sebuah prototeknik hidup. ya…..sebuah miniatur hidup yang mampu membawa kita untuk sekedar mengintip kolong langit, dengan segudang racikan konsep nyata.
Detail pada bagian pucuk daun teh mengandung zat pembaharu. Ya…. disetiap tegukan, suguhkan anti oksidan yang mampu melakukan perbaikan pada setiap detail organ tubuh, pelan namun pasti. aromanya berikan ketenangan, tidak sedikit para ilmuan membawa aroma teh sebagai aromatherapy dengan berbagai media dan perlahan organ psikispun ikut membaik. sebuah kompilasi pembaharu fisik dan psikis yang sistematis..

Disetiap kelemahan, tersimpan kelebihan
Disetiap kesulitan, tersimpan kemudahan
Dan… 
Di balik kesederhanaan, tersimpan istimewa yang terpendam.

Demikianlah racikan filosofi secangkir teh yang gw tuturkan. Terlepas apakah para penikmat teh dengan rasa pahit pun memiliki karakter yang demikian…"bisa iya bisa tidak"

No comments:

Post a Comment